IKK Anjlok, Saham INDF ICBP MYOR Masih Layak Beli?

IKK Anjlok, Saham INDF ICBP MYOR Masih Layak Beli?

JAKARTA – Prospek saham sektor konsumer di Indonesia tetap menunjukkan ketahanan kuat di tengah dinamika pasar. Hal ini terjadi meskipun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami pelemahan signifikan pada Mei 2025.

Hasil survei Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa IKK Mei 2025 berada di level 117,5. Angka ini lebih rendah 4,2 poin dari posisi April yang mencapai 121,7. Meskipun masih berada di level optimistis, penurunan ini dipicu oleh pelemahan pada dua komponen utama, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang merosot 7,7 poin menjadi 106, serta Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang turun tipis 0,8 poin ke level 129 pada periode yang sama.

Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menjelaskan bahwa penurunan IKK ini mencerminkan moderasi sentimen rumah tangga pasca puncak konsumsi musiman Idulfitri. Ia menambahkan bahwa angka 117,5 ini merupakan level terendah sejak September 2022, sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi.

Namun, Fithra optimis bahwa pelemahan ini hanya bersifat transisional, bukan struktural. Adanya intervensi dan subsidi pemerintah baru-baru ini, khususnya untuk segmen menengah ke bawah, diharapkan mampu menjaga daya beli konsumen. Dengan prospek inflasi yang stabil, tren penurunan harga pangan, serta ketahanan eksternal yang kuat, intervensi pemerintah diprediksi akan menjadi penopang utama tingkat keyakinan dan laju konsumsi rumah tangga ke depan. Fithra menyimpulkan, “Dengan adanya stimulus fiskal dan inflasi yang terjaga, pemulihan keyakinan dalam jangka menengah tetap berada pada jalurnya.”

Senada, Analis BRI Danareksa Sekuritas Christy Halim menambahkan bahwa stimulus ekonomi dari pemerintah dan penguatan nilai tukar rupiah akan menjadi fondasi kuat yang mendukung daya beli serta laba emiten sektor konsumer pada paruh kedua tahun 2025. Kendati demikian, laporan laba kuartal I/2025 dari sejumlah emiten konsumer yang justru melemah saat periode Idulfitri menunjukkan indikasi redupnya permintaan domestik dan berlanjutnya tren downtrading oleh konsumen. Christy menyoroti bahwa “Meskipun laju pendapatan pada April 2025 dari beberapa emiten konsumer menunjukkan perbaikan, kami menilai performa Mei–Juni 2025 akan menjadi kunci untuk menilai keberlanjutan pemulihan.”

Di tengah dinamika pasar ini, BRI Danareksa konsisten menyematkan peringkat overweight untuk sektor konsumer. Keyakinan ini didasari oleh daya tahan sektor tersebut terhadap perlambatan ekonomi yang pernah terjadi sebelumnya, seperti pada kuartal III/2021, serta kuartal II dan III/2023. Adapun risiko utama yang patut diwaspadai dalam investasi saham sektor konsumer ini meliputi potensi daya beli masyarakat yang lebih lemah dari perkiraan dalam beberapa kuartal mendatang, serta kenaikan harga soft commodity yang lebih tinggi dari proyeksi sehingga dapat menekan margin laba lebih dalam.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.