Tersembunyi di lereng gunung sebelah selatan ibu kota Iran, Teheran, terdapat fasilitas pengayaan uranium yang krusial bagi ambisi nuklir negara tersebut. Situs ini, yang dikenal sebagai Fordo, telah menjadi target utama Israel dalam eskalasi ketegangan yang berlangsung antara kedua negara.
Meskipun Israel diyakini telah mendominasi sebagian besar wilayah udara Iran, fasilitas nuklir Fordo tetap berada di luar jangkauan persenjataan mereka. Diyakini berlokasi sangat dalam di bawah tanah, melebihi kedalaman Terowongan Channel yang menghubungkan Inggris dan Prancis, Fordo menimbulkan tantangan militer yang signifikan.
Hanya Amerika Serikat (AS) yang dianggap memiliki jenis bom yang mungkin cukup kuat untuk menghancurkan Fordo. Namun, tindakan dramatis semacam itu berpotensi besar memperluas konflik di Timur Tengah. BBC telah menyoroti fasilitas nuklir rahasia ini, yang menurut Iran hanya bertujuan sipil, tetapi oleh Israel dianggap sebagai ancaman eksistensial.
Apa itu situs pengayaan Fordo?
Berlokasi sekitar 96 kilometer di selatan Teheran, situs pengayaan uranium Fordo strategis berada di daerah pegunungan yang dekat dengan Kota Qom. Pembangunan Fordo dilakukan jauh di dalam pegunungan terpencil dan terjal di Iran bagian utara, dirancang khusus untuk menahan serangan udara dan melindunginya dari bom berkat lokasinya yang sangat dalam di bawah tanah.
Kompleks nuklir di Fordo awalnya berfungsi sebagai serangkaian terowongan yang digunakan oleh Korps Garda Revolusi Islam. Namun, pada tahun 2009, Iran secara resmi mengakui keberadaan fasilitas pengayaan ini setelah badan intelijen Barat berhasil mengungkapnya.
Fasilitas bawah tanah ini diperkirakan terdiri dari dua terowongan utama yang menjadi lokasi bagi mesin sentrifugal untuk pengayaan uranium, dilengkapi dengan jalur penghubung terowongan yang lebih kecil. Sistem keamanannya sangat ketat, mencakup cincin pagar dengan akses terkontrol melalui satu pos pemeriksaan.
Setelah melewati pos pemeriksaan tersebut, diperkirakan terdapat enam terowongan pintu masuk yang mengarah ke kompleks bawah tanah yang luas. Di permukaan tanah, terdapat satu bangunan pendukung berukuran besar dan jalan yang menghubungkannya ke situs pendukung terdekat lainnya.
Apakah Fordo tidak bisa dihancurkan?
Fasilitas Fordo menjadi kendala serius bagi militer Israel karena kedalamannya yang ekstrem di bawah tanah. Untuk dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada situs tersebut, diperlukan amunisi spesifik yang dikenal sebagai “penghancur bunker” yang mampu menembus jauh ke dalam permukaan bumi.
Israel diperkirakan memang memiliki senjata semacam itu, tetapi kemampuan penetrasinya terbatas hingga kedalaman kurang dari 10 meter. Sementara itu, AS memiliki bom yang diyakini mampu menjalankan tugas tersebut, yaitu GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) seberat 13.000 kg.
Berdasarkan analisis dari Janes, sebuah perusahaan intelijen pertahanan, selubung dan massa MOP yang berat berpotensi menembus sekitar 18 meter beton atau 61 meter tanah sebelum meledak. Meskipun demikian, serangan dengan MOP sekalipun tidak menjamin kehancuran situs Fordo sepenuhnya, mengingat terowongannya diperkirakan mencapai kedalaman 80-90 meter di bawah permukaan.
Lokasi ini jauh lebih dalam dibandingkan situs pengayaan uranium bawah tanah Iran lainnya di Natanz, yang diyakini para analis berada sekitar 20 meter di bawah permukaan. Perlu diketahui, Israel telah melancarkan serangan ke fasilitas Natanz, dan para ahli meyakini kini kondisinya “rusak parah atau hancur sama sekali.”
Wakil Laksamana Mark Mellett, mantan kepala Angkatan Pertahanan Irlandia, kepada BBC Verify menyatakan bahwa kemungkinan “penghancur bunker” dapat menghancurkan situs seperti Fordo akan sangat bergantung pada seberapa kuat ketahanan terowongan bawah tanah itu dirancang. “[Iran] akan mengetahui spesifikasi dari jenis persenjataan ini. Mereka akan tahu apa yang perlu dicoba untuk bisa tahan menghadapi jenis persenjataan ini. Jadi pertanyaannya, apakah [fasilitas Fordo] sukar ditembus persenjataan itu?” ujarnya.
Salah satu indikasi bahwa AS mungkin sedang mempersiapkan penggunaan MOP pada target di Iran adalah penyebaran pengebom siluman B-2 ke Diego Garcia, sebuah pangkalan udara yang berjarak 3.700 km dari Iran dan berada dalam jangkauan operasional B-2. Pengebom B-2 adalah satu-satunya armada pengebom AS yang mampu membawa bom MOP sepanjang 6,2 meter.
Enam pengebom B-2 tertangkap kamera di pangkalan Diego Garcia pada awal April, namun tidak jelas apakah mereka masih berada di sana saat ini karena belum terlihat lagi dalam citra satelit terbaru dari situs tersebut. Marsekal Udara Greg Bagwell, mantan wakil kepala operasi RAF, menjelaskan kepada BBC Verify bahwa AS akan jauh lebih efisien melanjutkan misi B-2 dari Diego Garcia daripada dari pangkalan di AS. Namun ia menambahkan, “Apa yang kita bicarakan di sini bukanlah operasi berkelanjutan terhadap bunker. Mungkin hanya butuh satu atau dua senjata spesialis ini untuk menerobos sasaran yang dicari.”
Apakah AS akan terlibat?
Meskipun AS telah memberikan bantuan dalam menembak jatuh rudal balasan Iran ke Israel, negara adidaya ini belum menunjukkan keterlibatannya secara langsung dalam serangan apa pun terhadap Iran. Akan tetapi, analisis BBC Verify mengindikasikan bahwa AS mungkin tengah mempersiapkan peran yang lebih luas dalam konflik yang sedang berlangsung ini.
Dalam beberapa hari terakhir, sebanyak 30 pesawat militer AS telah dipindahkan dari pangkalan di AS menuju Eropa. Banyak dari pesawat tersebut adalah tanker pengisian bahan bakar udara KC-135 yang esensial untuk mengisi bahan bakar jet tempur dan pengebom selama misi jarak jauh.
Justin Bronk, seorang analis senior dari Royal United Services Institute, menggambarkan penyebaran ini sebagai “sangat mencolok.” Menurutnya, langkah AS ini menunjukkan adanya penerapan rencana cadangan untuk “mendukung operasi tempur intensif” di wilayah tersebut dalam beberapa minggu mendatang. Berbicara di Gedung Putih pada hari Rabu, Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa ia masih mempertimbangkan apakah AS akan bergabung dengan serangan Israel terhadap Iran. Ia juga menambahkan bahwa kesabarannya “telah habis” dengan Teheran.
“Saya mungkin melakukannya, saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan,” katanya kepada wartawan.
Diproduksi dan ditulis oleh Mike Hills, Matt Murphy, dan Paul Sargeant. Disunting oleh Tom Finn, Bianca Britton, dan Dan Isaacs.
Baca juga:
- Trump setujui rencana serangan ke Iran namun belum buat keputusan akhir, kata media AS
- Israel ingin seret AS ke dalam pertikaian dengan Iran – ‘Hanya AS yang punya bom khusus’
- Mungkinkah Iran menutup Selat Hormuz dan apa akibatnya?
Baca juga:
- Israel ingin seret AS ke dalam pertikaian dengan Iran – ‘Hanya AS yang punya bom khusus’
- Trump punya tiga pilihan dalam pertikaian Israel-Iran – Apakah AS akan serang Iran?
- Israel bertekad menggulingkan rezim Iran – Pertaruhan besar Netanyahu