JAKARTA, KOMPAS.com – Dengan semakin banyaknya pilihan bahan bakar motor di pasaran, pengendara sering dihadapkan pada pertanyaan krusial: mana jenis BBM motor yang paling tepat untuk sepeda motor kesayangan? Berbagai merek SPBU kini tersedia, mulai dari Pertamina, Shell, BP, hingga Vivo dan Mobil, masing-masing menawarkan varian oktan yang berbeda.
Secara umum, jenis BBM untuk sepeda motor dapat dikategorikan berdasarkan tingkat RON (Research Octane Number) atau oktan-nya. Kita mengenal RON 90 (seperti Pertalite dan Vivo 90), RON 92 (seperti Pertamax, Shell Super, Vivo 92, dan BP92), RON 95 (termasuk Pertamax Green, Shell V-Power, Vivo 95, dan BP Ultimate), hingga RON 98 (seperti Pertamax Turbo dan Shell V-Power Nitro+). Pilihan yang beragam ini tentu memunculkan kebingungan tersendiri bagi pemilik kendaraan.
Lalu, bagaimana cara menentukan bahan bakar yang paling ideal dan sesuai dengan kondisi mesin motor Anda?
Victor Assani, selaku 2W Service Head PT Suzuki Indomobil Sales, menjelaskan bahwa metode paling umum untuk mengetahui kecocokan BBM adalah dengan merujuk pada spesifikasi rasio kompresi mesin. Ini adalah panduan utama yang direkomendasikan pabrikan untuk memastikan performa mesin optimal dan durabilitas jangka panjang.
“Ada beberapa tingkatan acuan kompresi yang direkomendasikan. Misalnya untuk RON 90 itu direkomendasikan untuk rasio kompresi 9:1 sampai 10:1. Sementara RON 92 diperuntukkan bagi rasio kompresi di atas 10:1, dan untuk RON 98 diperuntukkan bagi kompresi 13:1 ke atas,” terang Victor kepada Kompas.com beberapa waktu lalu. Rasio kompresi sendiri merupakan perbandingan volume terbesar dan terkecil dalam ruang bakar silinder; semakin tinggi angkanya, semakin tinggi pula kebutuhan oktan bahan bakarnya.
Meskipun secara teknis memungkinkan untuk menggunakan BBM dengan RON di atas rekomendasi, Victor menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan menghasilkan performa mesin yang maksimal. Sebaliknya, penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai dapat memicu berbagai masalah serius pada mesin motor Anda.
Ketidaksesuaian oktan dapat menyebabkan ketepatan pembakaran di dapur pacu menjadi tidak optimal, yang berujung pada penurunan tenaga mesin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memicu fenomena knocking atau “ngelitik”, serta merembet pada keausan komponen mesin seperti ring piston, piston, dan silinder. Selain itu, konsumsi BBM juga cenderung menjadi lebih boros karena proses pembakaran yang tidak efisien. Knocking juga akan memicu penumpukan karbon dan kerak di ruang mesin. Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa BBM RON tinggi tidak selalu berarti yang terbaik atau paling sesuai untuk setiap mesin motor.